Misalnya sarana-sarana untuk bertawasul, bertabarruq, beristighosah akan dihancurkan, termasuk acara-acaranya akan dirusak bahkan akan dibom, dan ini sudah terjadi. Tak hanya itu, orang Wahabi mengkafirkan sahabat nabi karena bertabarruq. Al Bani mengkafirkan Imam Bukhori dan Syekh Husaiman melecehkan Imam Nawawi.

Sebuah kisah dari hikayat Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani di bawah ini dapat menjadi contoh konkret untuk mempermudah pemahaman kita mengenai hikmah atas karunia dan jalan takdir semasa hidupnya, Sang Wali Qutub Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani memiliki pengaruh yang begitu luas dan terus meluas ke seluruh penjuru dunia. Murid-muridnya banyak yang kemudian memperoleh kedudukan penting, di antaranya menjadi penguasa. Beliau memang menugaskan dan mengirimkan sebagian muridnya agar dapat menjadi wakilnya sesuai dengan kapasitas diri dan kualitas batin masing-masing. Ada yang menempati jabatan hakim, gubernur, hingga raja. Sedangkan sebagian lainnya diangkat menjadi guru spiritual karena tingkatan Abdul Qadir Al-Jaelani diceritakan memiliki seorang pembantu di kediamannya. Pembantu tersebut adalah seorang faqir yang telah mengabdi selama 40 tahun. Dalam rentang waktu itu, ia telah menyaksikan beberapa murid yang jauh lebih muda dan belum lama mengabdi, namun dipilih oleh Sang Wali untuk menempati jabatan pembantu tersebut menghadap ke Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani berharap agar diberikan posisi penting tertentu mengingat ia salah seorang yang telah paling lama mengabdi. Ia khawatir dengan usianya yang semakin tua, pembantu itu menyampaikan maksud permohonannya. Akan tetapi, belum selesai ia berkata-kata, datang satu utusan dari India. Mereka meminta Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani untuk menunjuk seorang maharaja bagi kerajaan Wali Qutub lalu menatap pembantunya dan menanyakan “Apakah kamu sanggup mengemban tugas ini? Apakah dirimu memenuhi syarat?” Pembantu tersebut mengangguk penuh para utusan keluar dari ruang pertemuan, Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani menyampaikan persyaratan kepada pelayannya. Dia berkata “Aku akan mengangkatmu sebagai maharaja di sana, namun kamu harus berjanji untuk memberikanku separuh dari keuntungan dan kekayaan kerajaan yang kamu peroleh selama berkuasa.” Pelayan tersebut tentu saja dengan senang hati Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani yang bekerja sebagai juru masak itu kembali ke pekerjaannya di dapur. Dirinya harus menyiapkan dan menyajikan sebuah hidangan besar. Saat tengah mengaduk masakannya di dalam kuali raksasa dengan sendok kayu, ia dipanggil untuk pergi bersama utusan-utusan dari India karena akan segera dinobatkan menjadi maharaja di negeri di India, pembantu Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani pun diangkat menjadi raja. Ia memperoleh kekayaan yang melimpah-ruah. Tak lama, dirinya menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki. Ia membangun banyak istana untuk dirinya dan keluarganya sendiri. Kekuasaan, keberlimpahan, dan kesenangan hidup dengan segera membuatnya melupakan Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani berikut dengan janji yang pernah ia ucapkan dahulu. Dia sudah terlalu asik dan tenggelam dengan dunia suatu hari, Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani mengirim utusannya untuk menyampaikan bahwa ia akan berkunjung. Pelayan yang telah menjadi raja di India tersebut bersiap-siap menyambut kedatangan Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani di serangkaian prosesi upacara, serta pesta meriah nan megah diselenggarakan, mereka berbincang berdua. Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani mengingatkan kesepakatan mereka bahwa ia harus menyerahkan setengah dari hasil keuntungan kerajaan kepada tersebut jengkel karena diingatkan janji untuk memberikan sebagian kekayaannya kepada sang wali. Apa boleh dibuat, maharaja tidak bisa mengingkari janjinya, dia menyampaikan kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani bahwa dirinya akan menyerahkan setengah harta kerajaannya pada esok lusa. Meskipun demikian, terlintas dalam niatnya kalau dia tidak akan sungguh-sungguh memberikan sejumlah yang menumpuk seiring waktu, mengakibatkan sifat tamak raja pun tumbuh. Ia melakukan pencatatan aset secara tidak jujur. Ia membawa daftar kekayaan tersebut di hari yang telah direncanakan. Lalu memberikan sebagian harta kekayaannya kepada Sang Wali sesuai dengan catatan yang telah dibuat. Meskipun catatan tersebut mencantumkan banyak istana dan harta lainnya, namun itu hanyalah sebagian kecil dari miliknya. Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani terlihat puas melihat daftar kekayaan yang ia Abdul Qadir Al-Jaelani lantas bertanya “Aku mendengar kau juga mempunyai seorang anak laki-laki?”“Iya, sayangnya hanya seorang. Jika ada dua, pasti aku pun akan memberikan salah satunya padamu.”“Tidak apa-apa, kemarikan anak itu.” Perintah Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani. “Kita masih dapat membaginya.”Anak itu dibawa ke hadapan mereka. Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani menghunus pedangnya yang tajam tepat di atas bagian tengah kepala anak itu. “Kamu akan mendapatkan setengahnya, dan setengahnya lagi akan menjadi bagianku!” Tukas ayah begitu ketakutan. Ia mencabut belatinya sendiri dan menujamkan tusukan dari kedua tangannya ke dada Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani dengan kedua mata terpejam. Ketika ia membuka matanya, ternyata ia masih sedang mengaduk makanan di kuali besar dengan sendok kayu. Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani berdiri tepat di hadapannya dan menatap lekat-lekat. Sang Wali berujar “Sebagaimana kau saksikan sendiri, kau belum siap menjadi wakilku. Karena kau belum menyerahkan segalanya, termasuk dirimu, kepadaku!”Sebagai kekasih Tuhan, Syekh Muhyiddin Abdul Qadir Al-Jaelani, dikarunia dengan kemampuan “membaca” manusia karena dirinya telah kasyaf tersingkapnya tabir antara dirinya dengan Tuhan. Dia dapat menyelami dimensi hakikat yang memperlihatkan sifat-sifat asli manusia telanjang di mata batinnya. Sehingga dia mengetahui persis siapa-siapa manusia yang cocok untuk satu urusan, tetapi tidak tepat menempati posisi tertentu. Hal tersebut terkait dengan perbedaan maqom atau derajat itu hakikatnya unik. Keunikan yang merupakan sebuah keniscayaan karena sebagai hasil karya Tuhan, manusia diciptakan dengan keanekaragamannya masing-masing. Keunikan tersebut meliputi perbedaan segala sifat dan karunia yang diterima oleh tiap manusia sesuai dengan kadar kemampuan dan kapasitas lahir-batinnya. Jika dalam sebuah lintasan takdir seorang manusia direncanakan Tuhan akan menjadi pemimpin besar, sudah tentu dalam dirinya memiliki daya-daya rohani yang telah disiapkan oleh daya-daya tersebut pastilah melewati proses panjang pematangan diri dengan berbagai ujian dalam pengalaman hidup. Proses ini berbeda antara satu manusia dengan manusia lainnya, sehingga juga akan melahirkan kualitas pribadi yang tidak akan pernah sama. Ketika seorang manusia menyadari anugerah yang diperolehnya dari Tuhan, bisa bakat atau keahlian tertentu, pada dasarnya dia sedang diarahkan untuk mencapai sebuah tujuan takdir tertentu. Namun, jika dirinya bernafsu menghendaki sesuatu atau posisi yang bukan adalah bagian takdirnya, dia tidak akan pernah sampai ke sudahkah kita sendiri menyadari di mana maqom kita? Sejauh mana kita telah memposisikan diri sesuai dengan kapasitas lahir-batin yang dianugerahi? Wallahu a’lam bisshawab.

SyekhAbdul Qodir menjawab: "Sudah kubilang dari tadi, bahwa aku mempunyai 40 dinar emas, di jahit oleh ibuku di bawah ketiak bajuku, kalau kalian tidak percaya biar kubuktikan!". Lalu Syekh membuka bajunya dan mengiris kantong di bawah ketiak bajunya dan sekaligus menghitung uang sejumlah 40 dinar tadi.

Tasawuf Aswaja Sulthonul Auliya Syekh Abdul Qadir al-Jailani., Syekh Abdul Qadir al-Jailani dikenal sebagai pendiri Tarekat Qodiriyah, sebuah istilah yang tidak lain berasal dari namanya. Tarekat ini terus berkembang dan banyak diminati oleh kaum Irak dan Syiria disebut sebagai pusat dari pergerakan Tarekat tersebut, namun pengikutnya berasal dari belahan negara muslim lainnya, seperti Yaman, Turki, Mesir, India, hingga sebagian Afrika dan Asia, termasuk lahir pada 470 H. 1077-1078 di al-Jil disebut juga Jailan dan Kilan, kini termasuk wilayah Iran. Ibunya, Ummul Khair Fatimah bint al-Syekh Abdullah Sumi merupakan keturunan Rasulullah Saw.. melalui cucu terkasihnya ketika Ibunya berkata, “Anakku, Abdul Qadir, lahir di bulan Ramadhan pada siang hari bulan Ramadhan, bayiku itu tak pernah mau diberi makan. Ketika berusia 18 tahun, beliau pergi meninggalkan kota kelahirannya menuju Baghdad.“Kudatangi ibuku dan memohon kepadanya, izinkan aku menempuh jalan kebenaran, biarkan aku pergi mencari ilmu bersama para bijak dan orang-orang yang dekat kepada Allah.” Pada waktu itu, Baghdad dikenal sebagai pusat ilmu Baghdad beliau belajar kepada beberapa orang ulama, antara lain Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein al Farra dan juga Abu Sa’ad al Muharrimiseim. Beliau menimba ilmu pada ulama-ulama tersebut hingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para pada tahun 521 H/1127 M, Syekh Abdul Qadir al Jailani mengajar dan menyampaikan fatwa-fatwa agama kepada masyarakat. Tidak butuh waktu lama beliau segera dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun, beliau menghabiskan waktunya sebagai pengembara di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi yang Abdul Qadir al-Jaelani di kenal sebagai pelaku sufi yang mukhlis ikhlas. la rutin mengamalkan wirid dan dzikir, kegiatan wirid dan dzikir biasanya dilakukan setelah sholat sunnah, baik siang ataupun malam demikian ia juga sering melakukannya setelah sholat fardhu. Sholat-sholat sunnah yang sering dikerjakan al-Jaelani ini setiap hari meliputi Shalat witir 3 ra’aat, Shalat fajar. Shalat Isyraq setelah matahari terbit, Shalat Isti’adah, Shalat Istikharah, Shalat Dhuha, Shalat Kaffarah li al-qawl, dan Shalat Tasbih. Sedangkan dzikir kesehariannya antara lain membaca al-Qur’an paling sedikit 200 ayat, Surat al-Ikhlas 100 kali, Shalawat 100 kali, Sayyidaul Istighfar 100 x, Tahlil 100 MaqamatJalan untuk mencapai proses tersbut sangatlah panjang, yang disebut dengan al-maqamat. Adapun macam-macam dari al-maqamat itu sendiri ada 9, yaituMaqam tawbat, yaitu meninggalkan dan tidak mengulangi lagi suatu perbuatan dosa yang pernah dilakukan, demi menjunjung tinggi ajaran-ajaran Allah dan menghindari waris yaitu menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu guna menjungjung tinggi perintah Allah atau meninggalkan sesuatu yang bersifat zuhd. yaitu lepasnya pandangan kedunian atau usaha memperolehnya dari orang yang sebetulnya mampu shabr, yaitu ketabahan karenadorongan agama dalam menghadapi atau melawan hawa nafsu;Maqam faqir, yaitu perasaan tenang dan tabah di kala miskin harta dan mengutamakan kepentingan orang lain di kala khauf, yaitu rasa ketakutan dalam menghadapi siksa dan azab raja’, yaitu rasa gembira karena mengetahui adanya kemurahan dzat yang Maha tawakal, yaitu pasrah dan bergantung kepada Allah dalam kondisi ridha, yaitu sikap tenangdan tabah tatkala menerima musibah sebagaimana di saat menerima Tarikat QodiriyahPada dasarnya ajaran Syekh Abdul Qadir Al Jailani tidak ada perbedaan yang mendasar dengan ajaran pokok Islam, terutama golongan Ahlussunnah Wal Jamaah. Sebab, Syekh Abdul Qadir Al Jailani adalah sangat menghargai para pendiri mazhab fiqih yang empat dan teologi Asy’ Abdul Qadir Al Jailani sangat menekankan pada tauhid dan akhlak yang terpuji. Menurut al-Sya’rani, bahwa bentuk dan karakter Tarekat Syekh Abdul Qadir Al Jailani adalah Tauhid, sedangkan pelaksanaannya tetap menempuh jalur syariat lahir dan Abdul Qadir Al Jailani berkata kepada para sahabatnya, “Kalian jangan berbuat bid’ah. Taatlah kalian, jangan menyimpang.”Ucapannya yang lain “Jika padamu berlaku sesuatu yang telah menyimpang dari batas-batas syariat, ketahuilah bahwa kalian dilanda fitnah, syetan telah mempermainkanmu. Maka kembalilah pada hukum syariat dan berpeganglah, tinggalkan hawa nafsu, kerena segala sesuatu yang tidak dibenarkan syariat adalah batil.”Menurut Syaikh Ali ibn al-Hayti menilai bahwa tarekat Syekh Abdul Qadir Al Jailani adalah pemurnian aqidah dengan meletakkan diri pada sikap beribadah, sedangkan Ady ibn Musafir mengatakan bahwa karakter Tarekat Qodiriyah adalah tunduk di bawah garis keturunan takdir dengan kesesuaian hati dan roh serta kesatuan lahir batin. Memisahkan diri dari kecenderungan nafsu, serta mengabaikan keinginan melihat manfaat, mudarat, kedekatan maupun perasan ajaran spiritual Syekh Abdul Qadir Al Jailani berakar pada konsep tentang dan pengalamannaya akan Tuhan. Baginya, Tuhan dan tauhid bukanlah suatu mitos teologis maupun abstraksi logis, melainkan merupakan sebuah pribadi yang kehadiran-Nya merengkuh seluruh pengalaman etis, intelektual, dan estetis seorang selalu merasakan bahwa Tuhan senantiasa hadir. Kesadaran akan kehadiran Tuhan di segenap ufuk kehidupannya merupakan tuntunan dan motif bagi kebangunan hidup yang aktif sekaligus memberikan nilai transeden pada Rasulullah dalam hadis, “Sembahlah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya; dan jika engkau tidak dapat melihat-Nya, ketahuilah bahwa Dia melihatmu,” merupakan semboyan hidupnya, yang diterjemahkan dalam praktik kehidupan menggambarkan keluasan kesadarannya akan kehadiran Tuhan yang serba meliput. Ia meyakini bahwa kesadaran ini membersihkan dan memurnikan hati seorang manusia, serta mengakrabkan hati dengan alam hari, ketika kesadarannya sedang berada dalam keadaan ekstase, Syekh Abdul Qadir Al Jailani berkata pada dirinya sendiri, “Aku merindukan suatu kematian yang dalamnya tiada lagi kehidupan dan sebuah kehidupan yang tiada kematian di dalamnya.”Kemudian Syekh Abdul Qadir Al Jailani menjelaskan makna ungkapan di atas, yaitu dengan bertanya kepada dirinya. Maka aku bertanya, kematian macam apa yang tidak memiliki kehidupan dan kehidupan macam apa yang memiliki kematian di “Kematian yang tidak memiliki kehidupan di dalamnya adalah kematianku dari seluruh manusia, dengan begitu aku tidak lagi hidup bahkan ditemui di antara mereka. Dan kehidupan yang tidak memiliki kematian adalah kehidupanku yang menyertai perbuatan Tuhanku, sedemikian rupa sehingga di dalam keadaan itu, diriku tidak lagi memiliki eksistensi dan kematianku adalah eksistensiku bersama-Nya“. Setelah aku mengerti ternyata inilah yang paling berharga dari seluruh tujuan pandangan Syekh Abdul Qadir Al Jailani, kehidupan yang ter mulia adalah kehidupan orang-orang yang sepenuhnya membaktikan diri pada Tuhan semata. Dan karena alasan ini pulalah manusia dihadirkan Tuhan, seperti yang termaktub dalam Al-Qur’an, “Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembahKu” QS. Al-Zariyat [51] 56.Semakin manusia berjuang “hidup demi Tuhan”, dirinya akan semakin dekat dengan terwujudnya tujuan kehidupan ini. Seorang manusia harus menyerahkan kehidupannya, bilamana ia berhasrat memburu kesadaran Ilahiah “Eksistensi yang sadar Tuhan” memberikan kekuatan spiritual pada manusia; ia mengangkat pergulatan keras duniawi untuk memperoleh kesenangan hidup dan keuntungan yang sedikit, menuju kebahagiaan dan ketenangan spiritual, dan membuetnya akrab dengan sumber segala kekuatan.
Tag tata cara tawasul ke syekh abdul qodir. Tata Cara Wirid Cepat Terkabul Menurut Syekh Abdul Qodir Jaelani. By admin Posted on Januari 23, 2017. Syekh abdul qodir al jaelani merupakan wali para wali, ada satu amalan yang sangat terkenal dan mampu mempercepat terkabul nya Read More.
Inilah Sholawat Syekh Abdul Qodir Jaelani, Fadilahnya Setara – Syekh Abdul Qodir al-Jaelani dikenal sebagai salah satu ulama yang mencapai tingkatan tertinggi bahkan disebut sebagai pemimin para waliyullah. Namun tidak tidak banyak tahu bahwa terdapat satu riwayat sholawat Syekh Abdul Qodir Jaelani yang memiliki fadilah sangat luar dalam sebuah perjalanan beliau mendapatkan bacaan shalawat yang terukir pada batu di pintu sebuah gua. Sholawat ini keutamaannya sebanding dengan itu Syekh Abdul Qodir Jaelani bermimpi bertemu Rasulullah SAW dan beliau menanyakan perihal sholawat Syekh Abdul Qodir Jaelani tersebut kepada Rasulullah SAW menjawab “Sholawat itu bahkan sebanding dengan shalawat.”Inilah Bacaan Sholawatnyaاَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ بَحْرِ أَنْوَارِكَ وَمَعْدِنِ أَسْرَارِكَ وَلِسَانِ حُجَّتِكَ وَعُرُوْسِ مَمْلِكَتِكَ وَإِمَامِ حَضْرَتِكَ وَطَرَازِ مُلْكِكَ وَخَزَائِنِ رَحْمَتِكَ وَطَرِيْقِ شَرِيْعَتِكَ المُتَلَذِّذِ بِتَوْحِيْدِكَ إِنْسَانِ عَيْنِ الوُجُوْدِ وَالسَّبَبِ فِي كُلِّ مَوْجُوْدٍ عَيْنِ أَعْيَانِ خَلْقِكَ اَلْمُتَقَدِّمِ مِنْ نُوْرِ ضِيَائِكَ صَلَاةً تُحِلُّ بِهَا عُقْدَتِيْ ، وَتُفَرِّجُ بِهَا كُرْبَتِيْ وَتُنْقِذُنِيْ بِهَا وَحْلَتِي وَتُقِيْلُ بِهَا عَثَرَاتِيْ وَتُقْضِيْ بِهَا حَاجَتِيْ صَلاَةً تٌرْضِيْكَ وَتُرْضِيْهِ وَتُرْضِيْ بِهَا عَنَّا يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ عَدَدَ مَا أَحَاطَ بِهِ عِلْمُكَ وَأَحْصَاهُ كِتَابُكَ وَجَرَيْ بِهِ قَلَمُكَ وَسَبَقَتْ بِهِ مَشِيْئَتُكَ وَخَصَّصَتْهُ إِرَادَتُكَ وَشَهِدَتْ بِهِ مَلَائِكَتُكَ وَعَدَدَ الأَمْطَارِ وَالْأَحْجَارِ وَالرِّمَالِ وَأَوْرَاقِ الأَشْجَارِ وَأَمْوَاجِ الْبِحَارِ وَمِيَاهِ الْعُيُوْنِ وَالْآبَارِ وَالْأَنْهَارِ وَجَمِيْعِ مَا خَلَقَ مَوْلَانَا مِنْ أَوَّلِ الزَّمَانِ إِلَى آخِرِهِ وَمَا مَضَى فِيْهِ مِنَ الَّليْلِ وَالنَّهَارِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ الْعَزِيْزِ الْغَفَّارِ“Ya Allah, sampaikanlah sholawat pada junjungan kami Muhammad SAW yang merupakan lautan cahayamu, simpanan rahasiamu, penyambung argumentasimu, yang terpinang dari kerajaanmu, imam di hadiratmu, pancaran daripada kerajaanmu, perbendaharaan rahmatmu, jalan bagi syariatmu, yang merasakan nikmatnya tauhidmu, manusia yang merupakan inti wujud, sebab bagi segala yang ada, inti segala inti dari makhlukmu yang telah lalu yang muncul dari pancaran cahayamu dengan shalawat yang menghapuskan masalahku, membukakan jalan bagi kesempitanku, menyelamatkanku dari keburukanku, yang menegakkanku dari ketergelinciran, yang memenuhi hajatku, shalawat yang engkau ‏ridhoi, beliau ridhoi dan dengannya kami diridhai.”“Wahai Rabb semesta alam. Sholawat sebanyak apa yang meliputi ilmu, yang terhitungkan dalam Kitabmu, yang tercatatkan oleh penamu dan yang telah lalu sebagaimana yang menjadi keinginanmu dan terkhususkan oleh kehendakmu, yang disaksikan malaikat malaikatmu. Shalawat sebanyak hujan, bebatuan, pasir, dedaunan, pepohonan, buih di lautan, air pada mata air, sumur-sumur, sungai sungai, dan sebanyak makhluk yang diciptakan oleh Tuan kami dari awal zaman hingga akhir zaman, dan sebanyak peristiwa yang berlalu di malam dan siang hari, segala puji bagi Allah, yang Maha Mulia, Maha Pengampun.” berwasilahkepada Syekh Abdul Qodir Jaelani
Ilustrasi doa dan tawasul. Sumber merupakan ibadah yang penting dilakukan oleh setiap umat Islam sebagai bentuk ketaan kita kepada sang pencita, Allah SWT. Ketika kita sedang berdoa dan bertawasul, itu termasuk dari amalan ibadah. Namun, mungkin jarang orang mengetahui bagaimana cara bertawasul yang baik dan benar sesuai dengan ajaran agama bertawasul tidak ada salahnya kita berdoa melalui perantara, baik perantara berupa amal baik atau pun melalui orang saleh. Semua itu dengan catatan, semua ini hanyalah Allah SWT satu-satunya sebagai yang Benar dalam Islam Menurut Ustaz Adi HidayatDilansir dari ceramah Ustaz Adi Hidayat di kanal Youtube Ceramah Pendek menjelaskan menganai tiga cara bertawasul menurut doa sebagai perangkat untuk apa yang Anda butuhkan, baik dalam urusan dunia maupun akhirat. Ustad menjelaskan bahwa dalam Alquran surat Almaidah ayat 35.“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah berjuanglah di jalan-Nya, agar kamu beruntung.”Ia menjelaskan bahwa kita harus bertawasul dengan minta kepada Allah. Minta penuh dengan tawaduk, sebut nama Rasulullah dengan penuh ketulusan. Gunakan bahasa yang Anda pahami dan mintalah dengan penuh kerjakan amal sholeh habis itu Anda berdoa. Ustadi Adi hidayat membagikan sedikit kisah tentang tiga orang pria yang kehujanan saat berjalan, kemudian berteduh dalam gua. Tidak disangka batu besar menggelinding dan menutupi pintu bertiga berusaha mendorong namun batu itu sangat besar dan berat. Ketiga pria tersebut akhirnya bertawasul dengan amal pertama berkata, “Ya Allah Ya Rab hamba bermohon kepada-Mu hamba punya seorang ibu dan hamba muliakan ia dengan berbakti kepadanya. Setiap dia mau makan hamba dahulukan, hamba gak sentuh makanan sebelum beliau. Suatu kali hamba pulang dari pekerjaan memeras susu ingin diberikan ke beliau tertidur. Maka hamba tidak minum susunya. Hamba minta istri dan anak-anak hamba tidur duluan, setelah itu hamba pegang bejana susunya pegang sambil berdiri sambil berdiri, sampai ibu saya bangun. Ketika bangun saya berikan susunya, beliau minum dan beliau tidak tahu kalau saya menunggu sampai dengan semalaman sampai beliau minum itu. Kalaulah dengan bakti saya menjadikan saya mendapatkan pahala yang membebaskan saya dari kungkungan masalah ini. Mohon berikan kesempatan untuk keluar dari sini.”Begitu didorong setelah itu bergeser tetapi ketiganya tidak bisa keluar. Lanjut pria kedua berdoa dan mengatakan, “Ya Allah hamba adalah seorang bos perusahaan. Saya punya beberapa ekor kambing yang dipelihara,”Ia juga menceritakan pada saat itu karyawan tiba masa gajian, ada satu yang pergi belum dapat gaji. Maka pada saat itu, gajinya disimpan karena karyawannya tak kunjung datang. Khawatir nilainya jadi berkurang, kala itu sang bos menginvestasikannya untuk dibelikan kambing dan kambingnya menjadi banyak. Kemudian karyawannya datang untuk menagih, hingga dia terkejut mendengar kabar gajinya menjadi kambing yang banyak. Maka dia mengambil semua kambing itu, tanpa mengatakan dan memberikan hadiah kepada sang pemilik. Pria itu mengatakan “Saya dan saya ridho dengan semua itu Ya Rab. Kalau dengan amalan itu menjadikan Kau ridho bebaskan hamba dari kesulitan ini.”Yang ketiga ia adalah seorang rentenir. Suatu saat ada ponakan yang sangat hamba cintai, namun dia menolak cintanya. Pada suatu saat bapaknya terkena jeratan rentenirnya. Ia meminta keringanan kepada pamannya. Tapi ia bilang “jika malam ini kamu mau berzina dengan saya maka saya akan bebaskan hutang bapak kamu.” Anak itu kemudian menangis karena baktinya kepada orang tua dan memenuhi permintaan saya. Tapi pada saat itu ia mengatakan, “Paman bertakwalah kepada Allah.” Ia langsung terenyuh dan pergi meninggal doa itu, begitu tiga orang mendorong itu kemudian batu itu bisa lepas. Sungguh luar biasa kekuatan doa sekaligus doa seorang pendosa yang Bersholawat kepada Nabi MuhammadRasulullah bersabda "Barangsiapa bersholawat kepadaku satu kali, maka Allah akan mengucapkan shalawat kepadanya sepuluh kali, dihapuskan darinya sepuluh kesalahan, dan ia diangkat sepuluh derajat untuknya." HR. NasaiDi dalam Alquran Al Baqarah ayat 155-157 juga sudah dijelaskan, makna bersholawat salah satunya menyelesaikan orang yang hidup pasti memiliki masalah. Ustaz Adi Hidayat menambahkan, mustahil naik kelas kalau tidak ada ujian, mustahil SD naik SMP kalau tidak diuji menghadapi persoalan. Maka dari itu jika hidup Anda akan meningkat, maka akan diuji dengan apa pun, khawatir, lapar, sakit, harta mulai berkurang. Semoga kesabaran atas doa, kesabaran, dan takwa kita kepada Allah, senantiasa menjadikan kita semua sebagai hamba yang pandai bersyukur. AA
Suatuwaktu di Lembah sungai nil pada bulan ke sembilan almanak negri Firaun, masyarakat sekitar sungai nil telah mempersiapkan seorang gadis perawan Benarkah Manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani Amaliah Syirik?(2) Halaman 1 - Kompasiana.com
- Di kalangan ulama sufi, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dikenal dengan julukan Sultan Auliya Raja Para Wali. Ajarannya berfokus pada perbaikan akhlak yang dikenal dengan istilah tasawuf akhlaki. Setelah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani meninggal, murid-muridnya melanggengkan ajaran sang guru dalam tarekat Qadiriyah. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani lahir di desa Jilan atau Kaelan, Baghdad pada malam 1 Ramadan 471 H/1078 M. Ibunya bernama Syarifah Fatimah binti Abu Abdillah As-Suma'i yang bergelar Ummul Khair. Diceritakan bahwa ibu Abdul Qadir Al-Jailani hamil dalam usia 60 tahun. Namun, ia diberi kekuatan untuk mengandung hingga melahirkan Abdul Qadir Al-Jailani kecil. Dari garis keturunan ayahnya, nasab Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tersambung sampai ke Hasan bin Ali, cucu Rasulullah SAW. Sejak kecil, Abdul Qadir Al-Jailani dibesarkan dalam keluarga yang saleh, sederhana, dan cinta pengetahuan. Sejak usia mudanya, Abdul Qadir Al-Jailani sudah menuntut ilmu pada banyak ulama kesohor di Bagdad. Berbagai disiplin ilmu dia di bidang fikih, Abdul Qadir Al-Jailani berguru kepada Abu Al-Wafa Ali bin Aqil Al-Hambali dan Abu Al-Khithab Mahfudz bin Ahmad Al-Khalwadzani Al-Hambali. Di bidang sastra, ia menimba ilmu dari Abu Ghain Al-Baqilani, Ibnu Khunais, Abu Hanaim Ar-Rasi, Abu Bakar Al-Tamara, dan Abu Muhammad As-Sirraj. Sementara di bidang tafsir, ia belajar pada Abdul Ar-Rahman bin Ahmad bin Yusuf, Abu Al-Barakat Hibbatullah Al-Mubarak dan lain sebagainya. Adapun dalam hal tasawuf, Hammad bin Muslim Ad-Dibbas menjadi guru Abdul Qadir karena kecemerlangan dan ketajaman pemikirannya terkait hukum Islam, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pun diakui sebagai salah satu ulama penting dalam mazhab Hambali. Di luar keilmuan fikih, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani amat kesohor di bidang tasawuf atau sufisme. Selepas ia wafat, murid-muridnya membangun gerakan tarekat untuk menyuburkan spiritualitas Islam, dengan nama tarekat Tarekat Qadiriyah diakui oleh banyak ulama Islam. Bahkan, Ibnu Taimiyah yang dikenal lantang menyerukan pemurnian Islam mengakui keabsahan tarekat Qadiriyah. “Thariqah beliau [Syekh Abdul Qadir Al-Jailani] adalah tarekat yang dibenarkan oleh syara' [hukum Islam atau syariat Islam]," ujar Ibnu Taimiyah seperti dikutip dari Jurnal Mozaic Islam Nusantara. Ajaran Tasawuf Akhlaki Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Di bidang tasawuf, ajaran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani berorientasi pada perbaikan akhlak dalam mencari hakikat kebenaran, agar manusia mencapai maqam kedudukan makrifat di sisi Allah SWT. Tujuan perbaikan akhlak ini adalah salah satu misi penting yang diemban ajaran Islam secara universal, sebagaimana sabda Rasulullah SAW "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak," Baihaqi. Ajaran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memandang Islam dari 2 aspek, yaitu lahir dan batin. Dua-duanya harus seimbang dijalankan seorang muslim. Misalnya, konsep taharah yang artinya bersuci. Berikut ini penjelasannya, sebagaimana dikutip dari buku Akidah Akhlak 2020 yang ditulis Sihabul Milahudin. Pertama, penyucian diri secara lahiriah dilakukan dengan wudu atau mandi. Kedua, penyucian diri secara batin dilakukan dengan menanamkan kesadaran bahwa ada kotoran dalam diri manusia. Kotoran itu adalah dosa yang harus dibersihkan dengan cara tobat, zikir, dan meminta ampun kepada Allah juga Mohamad Sobary, Rakyat Jelata, dan Sufisme sebagai Kritik Sosial Hijrah ala Kaum Sufi Menyisihkan Selain Allah di dalam Hati Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, penyucian diri secara batin harus menempuh jalan spiritual, serta dibimbing oleh guru atau mursyid yang memiliki keilmuan yang mumpuni. Pembersihan diri dilakukan melalui tobat, talqin, zikir, tasfiah, dan suluk. Konsep lahir dalam ajaran tasawuf Syekh Abdul Qadir Al-Jailani adalah aspek formal di ajaran fikih. Sedangkan konsep batin merupakan substansi tasawuf. Konsep lahir disebut ajaran syariat, dalam istilah tasawufnya. Sementara konsep batinnya adalah hakikat. Konsep batin harus selaras dengan fikih syariat Islam. Namun, syariat tanpa hakikat [aspek batin] dianggap kosong, tak bermakna. Sementara, hakikat tanpa syariat adalah batal serta tak berdasar. Dalam ajaran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, pengamalan fikih saja tidak cukup dalam beragama. Sebab, fikih hanya bagian paling mendasar dan tidak menyentuh konsep filosofis ajaran Islam yang mendalam. Untuk bisa menghayati Islam, seseorang harus paham tasawuf agar bisa memaknai setiap amalan fikih yang dikerjakannya. Maka itu, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani juga tidak mementingkan ibadah fardu atau wajib saja, melainkan juga amalan sunah. - Pendidikan Kontributor Abdul HadiPenulis Abdul HadiEditor Addi M Idhom SyekhAbu Abdillah Muhammad al-Hirowi meriwayatkan bahwa :"Saya berkhidmat menjadi mitra dan mendampingi Syekh Abdul Qodir selama empat puluh tahun lamanya. Selama itu saya (Syekh Abu Abdillah) menyaksikan beliau bila sholat Shubuh hanya dicukupkan dengan wudhu 'Isya, artinya beliau tidak bathal wudhu. Ijazah an Syeikhina wa Mursyidina wa Maulana Al-Habib Muhammad Lutfi bi Ali bin Hasyim bin Yahya, Pekalongan Mursyid ThoriQoh Syadziliyah Wa Syeikhina wa Mursyidina Pangeran Muhammad Umar Toyyib Al-Palembani, Darussalam Mursyid ThoriQoh Alawiyyah Pangeran Sukemilung Assalamu’alaikum wr,wb santri wong alus…..bab berikut ini adalah Kaifiatul untuk bertawasul di Maqom Waliyullah. Sebagian dari adab berziarah ke maqam waliyullah adalah 1. Perbaguslah niat 2. Perbaiki akhlak 3. Bersih lahir dan batin. 4. Mengingat dan meneladani perjuangan para Dai Ilallah 5. Menyadari bahwa hidup didunia adalah sementara Insya Allah jika telah memenuhi sebagian syarat tersebut, kemungkinan Qobul akan cepat. Tujuan ziarah kepada para Wali adalah meneladani perjuangan mereka dalam menegakkan kalimat Tauhid. Bertawasul kepada mereka, menurut ijma’ para Ulama hukumnya DIBOLEHKAN. Tawasul atau wasilah artinya Mengerjakan sesuatu amal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah telah berfirman “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” Al-Maidah 35 Ayat ini dikuatkan oleh firman Allah SWT “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka” Al-Isra 57 Perbuatan Tawasul sendiri telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam kitab Ausath dan Al-Kabir juga Ibnu Hibban dan Hakim , serta para sahabat beliau, diantaranya Sayyidina Umar bin Khotob Ad-Durratus Saniyyah fir-raddi alal Wahabiyah Syekh Ahmad Zaini Dahlan , Sahabat Bilal bin Harits. Hakekat Tawasul kepada Nabi, Wali dan Ulama Tawasul adalah sebagai sebab yang dapat menyebabkan doa dikabulkan oleh Allah. Tawasul diperbolehkan dilakukan dengan seseorang yang masih hidup atau pun yang sudah wafat. Yang dalam hal ini jelas kesholehannya. Perbuatan tawasul ini ada tuntunan langsung dari Qur’an maupun Al-Hadits serta bimbingan dari Alim Ulama. Berbagai macam cara tawasul telah diajarkan para Alim Ulama kepada kita. Dan menjadi warisan turun-temurun diantara murid-murid mereka. Maka diantaranya adalah yang Al-Faqir tuliskan dibawah ini. Maka jika engkau berkeinginan agar hajatmu tercapai, dengan kondisimu yang hina di mata Allah SWT-maka carilah asbab yang dapat mengantarkan keinginanmu dihadapan Allah SWT. Inilah Ritual Tawasul yang dimaksud. Sebaiknya sebelum memulai bertawasul sebaiknya membaca Qoshidahnya Al-Habib Abdullah bin Husein bin Thohir Ba Alawy saat berada didepan Maqom Sang Wali Dan setelah itu dalam posisi masih berdiri, bacalah salam untuk wali yang kita Ziarohi. Assalamu’alaika Yaa Waliyullah Assalamu’alaika Yaa Da’i ilaa Thoriiqillah Assalamu’alaika Yaa Man akromahulloh bil ilmi wal wilayah wa inda qobri ahli baitin nabiyyi Sholallahu alaihi wa sallama tuzaadu bihadzihil kalimaati. Assalamu’alaika Yaa Ahla baiyti Rasulillahi Sholallahu alaihi wa sallama. Assalamu’alaika Yaa Baniiz Zahroo-il Batul. Assalamu’alaika Yaa Baniil Musthofa Sholallahu alaihi wa aalihi wa sallama.. Assalamu’alaika wa alaa jaddika Rasulillahi Sholallahu alaihi wa sallama. Assalamu’alaika wa alaa jaaddatika Sayyidatina Fatimataz zahro sayyidati nisaa-il aalamiin warohmatullahi wa barokatuh. Kemudian duduk sambil membaca Attahiyyaatul mubaarokaatush-sholawaatuth-thoyyibaatu alaika ayyuhan-nabiyyu warohmatullahi wa barokatuhu. Assalamu’alainaa wa’alaa ibaadillahish-shoolihiin… Yaa Hayyu Yaa tanpa nafas Allahumma inni waaqifun bibaabika walaa-idzun bijanaabika wa muta’awwidzun bijalaalika wa mutawassilun bi auliyaa-ika wa mustasyfi’un bi waliyyika……………..bin…………..antaqdhiya jamii’a haajati….. sebut hajat kita Cat setelah kalimat bi Waliyyika sebut nama Wali yang kita Ziarohi Setelah itu membaca Asyhaduan laa ilaha ilallah wa asyhaduanna Muhammadar Astaghfirullahal adhiimal ladzii laa ilaha illa huwal Hayyul Qoyyumu wa atubu Sholawat Ruh Bismillahir rahmaanir rahiim. Allhohumma sholli alaa ruuhi sayyidina Muhammadin fiil arwaahi wa alaa jasadihi fil ajsaadi wa alaa Qobrihi fiil Qubuuri wa alaa alihi wa shohbihi wabarik wa sallim tasliiman bi qodri adhoomati dzaatika fii kulli waqtin Setelah itu bacalah surah yasiin wa tahlil seperti biasanya. Baru kemudian kita membaca fatehah khusus kepada waliyullah tersebut. Mulailah dengan pembacaan fatehah sebagai berikut…. 1. Alfatehah liridho illahi ta’alaa… syai-un lillahi ta’alaa…. 2. Alfatehah lisyafaa’atin Nabiyyi Sayyidina Muhammadin Sholallahu alaihi wa alihi wa sallam….Alfatehah 1x 3. Alfatehah libarokaati karoomati auliyaa-illahi ta’alaa….Alfatehah 1x 4. Alfatehah liridhol walidayni syai-un lillahi ta’alaa….. Alfatehah 1x 5. Alfatehah li akhi wa tau-amaani wa qoriibi syai-un lillahi ta’alaa….. Alfatehah 1x 6. Alfatehah ilaa ruuhi karoomati ……… Nama Wali yang dimaksud …….wawalidayhi wa masya-ikhihi. …..Alfatehah 1x 7. Assalamu’alaika Yaa Syekh………. Nama Wali yang dimaksud 7x… Hadir 8. Hatta Arokum bi’aiini wa ukallimukum bilisaanii. 7x 9. Kemudian baca Dzikir ini Yaa Kemudian bacalah Amalan Asadullahil Gholib. Pembacaan ini dimaksudkan untuk pencegahan dari kedatangan Ruhaniyyah atau sebangsa jin yang akan menyerupai Wali yang kita inginkan. Insya Allah setelah membaca ini maka ruhaniyyah / Jin / Khodam itu tidak akan bisa menyerupai sang Waliyullah. Ciri-ciri kedatangan Waliyullah biasanya diiringi dengan suasana yang terasa hening, badan dan pikiran kita terasa tenang, hati merasa tumbuh Jiwa Tauhid kepada Allah SWT, meleburnya nafsu dalam diri, timbul rasa berdosa akan kesalahan / maksiat yg kita perbuat. Alfatehah ala niyyatil hifzhi wassalamati min syarril kholqi ajma’in,waliridho illahi ta’alaa syai-un lillahi bissiril fatehah….. 1. Asyhaduan laa ilaha illallah wa asyhaduanna muhammadan rasulullah. 3x 2. Astaghfirullahal adziim. 3x 3. Allahumma sholli alaa sayyidina muhammadin nabiyil’ummi wa alaa alihi wa shohbihi wa 4. Fakasyafna anka ghithoo-aka fabashurkal yauma 5. Lahaula walaa quwwata illa billah. 6. Bismillahi… Allahu senafas tawasaltu bi sayyidil imam masyriq wal maghrib asadullahil gholib sayyidina ali bin abi tholib wa tilmidzihi dzul-iman laqobuhu kian santang, wal habib abdullah bin abdul qodir bil-faqih, wa syekh…….. isi dengan nama wali yang kita ziarohi 7. Allahumma iyyakana’budu wa iyyaka nasta’iin……. Niatkan disini hajatmu 8. Ihfazhna wa salimna min syarril kholqi ajma’iin. 9. Bihaqqi…. Laa ilaha illallah. 7x tahan nafas…. 10. sambung dengan ucapan Muhammadur rasulullah sholallahu alaihi wa sallam. 11. Ya ibadallah a’ 12. Ya Rijal Ghoib unshuruni 13. Ya Allah..66x / 1000x 14. Sholawat Nuur Allahumma sholli ala nuril anwar, wa sirril asror,wa tiryaqil aghyaar, Wa miftahii baabil yasaar, sayyidina muhammadinil mukhtar wa alihil ath-har,wa ashabihil akhyaar, adada ni’amillahi wa ifdholi…11 x Selanjutnya hidupkan dzikir nafasnya selama kurang lebih 10 menit / selama setengah jam / selama yang kita inginkan Caranya 1. Tarik nafas dari bawah pusat sampai ke ubun-ubun, baca HUU 2. Turun nafas dari ubun-ubun kebawah susu kanan 2 jari, baca ALLAH……sambil munajat kepada Allah dibatin . Fokus untuk kehadiran sang waliyullah. === Ritual Ziarah & Tawasul selesai. Tutup dengan Doa === Catatan Pada maqom-maqom tertentu kedudukan seseorang dimata Allah SWT kehadiran seorang Waliyullah bisa dilihat dan dirasakan dengan mata kepala kita. Hati dan semua panca indera lahir batin akan mengetahui kehadiran Sang Wali. Namun apabila Maqom yg kita punya jauh dibawah itu, maka kedatangan beliau biasanya hadir dalam mimpi secara urut. Artinya minimal selama 3 hari malam berurutan beliau akan mengabarkan kehadirannya. Saat itulah akan ada komunikasi antara kita dan beliau. Bentuk komunikasi tersebut tidak sama antara satu dengan yang lain. Alangkah baiknya jika pengalaman spiritual ini tidak dibuka kepada orang lain. Tapi kabarkan saja kepada Guru / Syekh kita sendiri. Silahkan dicoba semua saudaraku di KWA. Mohon maaf jika ada salah dalam translet bahasa. Semoga manfaat dalam menumbuhkan jiwa tauhid kita kepada Allah SWT. Jazakumullah bi ahsanal jaza ! Foodnote Al-FaQir tuliskan khusus untuk sahabat kami Akhina Muhammad69 Akhina Ki Kertapati RSA Akhina Wongwongan Akhina Semoga kalian selalu dalam Ridho Allah SWT. Sertakan saya dalam doa kalian. Amiin ! by, Ki Pangeran Sukamilung DOSEN ILMU HIKMAH DAN TENAGA DALAM This entry was posted on 28 Mei 2011 at 0052 and is filed under CARA BERTAWASUL KEPADA PARA AULIYA ILLAHI TAALA KHUSUSON FIL MAQBAROH. You can follow any responses to this entry through the RSS feed. You can leave a response, or trackback from your own site. IGvL.
  • u55905qtq0.pages.dev/575
  • u55905qtq0.pages.dev/375
  • u55905qtq0.pages.dev/47
  • u55905qtq0.pages.dev/27
  • u55905qtq0.pages.dev/96
  • u55905qtq0.pages.dev/401
  • u55905qtq0.pages.dev/378
  • u55905qtq0.pages.dev/318
  • cara bertawasul kepada syekh abdul qodir jaelani